3  Cerita-Cerita yang Membentuk Saya

Dua momen yang mengajarkan saya tentang kehidupan

Author

Jonathan Wiguna

Published

October 18, 2025

3.1 Pengantar

Berikut adalah dua cerita dari perjalanan saya yang mungkin terdengar biasa, tapi sangat berarti bagi saya. Cerita tentang kegagalan, penerimaan, dan momen-momen ketika saya akhirnya memahami sesuatu yang sebelumnya tidak pernah saya sadari.


4 Cerita 1: Ketika Semua Orang Lolos, Kecuali Saya

4.1 Hari Pengumuman SNMPTN

15 April 2022, Pukul 15.00 WIB.

Saya duduk di kamar, laptop di pangkuan, refresh halaman pengumuman SNMPTN setiap 30 detik. Jantung berdegup lebih cepat dari biasanya. Tangan sedikit berkeringat: klise, tapi itulah yang terjadi.

Dan kemudian, hasilnya keluar. Saya scroll ke bawah. Cari nama saya.

Tidak ada.

Saya refresh lagi. Masih tidak ada.

Satu lagi. Tetap tidak ada.

Saya menutup laptop. Pelan-pelan. Seperti kalau saya menutupnya terlalu keras, kenyataan akan jadi lebih nyata.

4.2 Grup Chat yang Meledak

Lima menit kemudian, notifikasi grup chat sekolah mulai berdatangan. Satu per satu, seperti fireworks yang tidak pernah berhenti:

“GUYS AKU LOLOS ITB!”
“Alhamdulillah keterima UI Teknik Industri!”
“SNMPTN berhasil! Makasih buat doa kalian semua!”
“Ga nyangka lolos, padahal ga yakin!”

Saya baca semua message itu. Satu per satu. Dan saya merasa… tertinggal.

Bukan iri dalam arti negatif. Saya genuinely senang untuk mereka. Tapi ada perasaan lain yang lebih besar: perasaan bahwa saya kehilangan sesuatu yang seharusnya saya dapatkan juga.

Saya tidak balas chat apapun. Saya taruh HP face-down di meja. Saya cuma duduk di situ, diam, selama… entah berapa lama.

4.3 Perasaan Tertinggal

Bukan cuma soal tidak lolos. Yang paling menyakitkan adalah perasaan tertinggal. Semua teman saya sudah punya kepastian, sementara saya harus memulai lagi dari nol. Mereka sudah merayakan, sementara saya harus kembali belajar untuk SBMPTN.

Saya tidak menyalahkan siapa pun. Tapi tetap saja, ada rasa sedih yang dalam. Kenapa mereka bisa, tapi saya tidak?

4.4 Keputusan: Mencoba Lagi

Tapi saya tidak berhenti. Saya punya waktu sekitar 2 bulan untuk mempersiapkan SBMPTN. Jujur, waktu itu sangat singkat dan saya tidak terlalu yakin. Tapi saya berpikir: “Apa salahnya mencoba? Paling tidak, saya sudah berusaha.”

Saya belajar dengan fokus. Tidak berlebihan, tapi konsisten. Dan yang paling penting, saya tidak lagi membandingkan diri saya dengan orang lain. Saya hanya fokus pada apa yang bisa saya lakukan.

4.5 Pengumuman SBMPTN: Lolos ITB

Ketika pengumuman SBMPTN keluar, saya hampir tidak percaya. Lolos ITB, Sistem dan Teknologi Informasi.

Rasanya seperti semua yang saya alami: kekecewaan, kesedihan, kerja keras: akhirnya membuahkan hasil. Tapi yang lebih penting dari itu, saya belajar sesuatu yang sangat berharga:

Tidak ada salahnya mencoba, bahkan ketika peluangnya kecil.

Kalau saya menyerah setelah SNMPTN, saya tidak akan ada di ITB sekarang. Kalau saya terlalu takut gagal lagi, saya tidak akan pernah tahu bahwa saya sebenarnya bisa.

4.6 Pelajaran

Kegagalan itu menyakitkan. Melihat orang lain berhasil sementara kita tidak, itu berat. Tapi itulah hidup. Kadang kita harus jatuh dulu sebelum bisa berdiri lebih kuat.

Dan yang terpenting: Jangan pernah berhenti mencoba hanya karena takut gagal.


5 Cerita 2: Hari Saya Menyadari ITB Itu Indah

5.1 Setelah Kuis Fisika yang Menghancurkan

Semester 2, saya baru saja selesai mengerjakan kuis Fisika Dasar yang sangat sulit. Saya keluar dari kelas dengan perasaan hancur. Saya tahu saya tidak mengerjakan dengan baik. Pikiran saya dipenuhi dengan kekhawatiran: “Apakah saya cukup pintar untuk bertahan di sini?”

Saya berjalan keluar gedung, masih terbayang-bayang soal yang tidak bisa saya jawab.

5.2 Momen di Jalan Pulang

Tapi kemudian, saya berhenti. Literally berhenti berjalan.

Di depan saya, ada taman kecil dengan beberapa bangku. Pohon-pohon besar bergoyang tertiup angin sore. Cahaya matahari mulai keemasan: golden hour yang orang-orang suka foto. Di sebelah kiri, ada mahasiswa duduk ngobrol sambil tertawa. Di kanan, ada yang main gitar dengan headset di telinga, sepertinya latihan sendiri.

Kampus ITB - tempat yang akhirnya saya sadari keindahannya

Dan tiba-tiba, saya sadar: ITB itu indah.

Bukan dalam arti “kampus dengan gedung bagus” atau “view yang instagramable”. Tapi dalam arti kehidupan terus berjalan, meskipun saya baru saja gagal kuis.

Orang-orang di sekitar saya tidak tahu: dan tidak peduli: bahwa saya baru saja merasa bodoh karena tidak bisa jawab soal Fisika. Mereka punya masalah mereka sendiri. Mereka punya kehidupan mereka sendiri. Dan somehow, itu… menenangkan.

Saya duduk di salah satu bangku. Melihat ke atas. Langit masih sama birunya. Awan masih bergerak. Dunia tidak berhenti karena saya gagal satu kuis.

5.3 Quote dari The Alchemist

Saat itu saya teringat sebuah cerita dari buku The Alchemist karangan Paulo Coelho. Ada cerita tentang seorang anak muda yang diberi sendok berisi minyak dan diminta berjalan keliling istana tanpa menumpahkan minyaknya.

Pertama kali, dia terlalu fokus pada sendok sehingga tidak melihat keindahan istana. Kedua kalinya, dia terlalu fokus pada istana sehingga minyaknya tumpah.

Pelajarannya:

“The secret of happiness is to see all the marvels of the world, and never to forget the drops of oil on the spoon.”

Artinya, kebahagiaan ada pada keseimbangan: menikmati keindahan dunia, tapi tidak melupakan tanggung jawab kita.

5.4 Pelajaran yang Saya Dapat

Selama dua semester, saya terlalu fokus pada “sendok”: nilai, tugas, ujian. Saya lupa untuk melihat “istana”: keindahan kampus, teman-teman, pengalaman belajar itu sendiri.

Hari itu, setelah kuis Fisika yang buruk, saya akhirnya menyadarinya. ITB bukan hanya tentang akademik. ITB adalah tentang proses. Tentang belajar, jatuh, bangkit, dan menikmati perjalanan.

5.5 Refleksi

Sekarang, setiap kali saya merasa overwhelmed dengan tugas atau nilai, saya mencoba untuk berhenti sejenak. Melihat sekeliling. Mengingat bahwa hidup bukan hanya tentang “drops of oil” yang harus dijaga, tapi juga tentang “marvels of the world” yang harus dinikmati.

Sudut kampus ITB yang mengingatkan untuk tetap menikmati perjalanan

5.6 Penutup

Dua cerita ini mungkin terdengar sederhana. Tapi bagi saya, ini adalah momen-momen yang membentuk siapa saya sekarang. Saya belajar untuk tidak menyerah. Saya belajar untuk melihat keindahan di tengah kesulitan. Dan saya belajar bahwa kehidupan adalah tentang keseimbangan.

Dan ya, saya masih sering gagal menjaga keseimbangan itu. Tapi setidaknya sekarang saya tahu bahwa itu penting.